JustFootball - Sepakbola’?? siapa yang tidak kenal dengan olahraga sepakbola. Olahraga paling terkenal sekolong jagat ini merupakan favourite mayoritas masyarakat dunia, tidak terkecuali Indonesia. Negeri yang katanya sedang mengalami perkembangan di berbagai bidang, termasuk dalam bidang olahraga bernama sepakbola.
Perkembangan sepakbola di Indonesia memang sedang mengalami kemajuan yang cukup signifikan, apalagi jika kita melihat kiprah Timnas di ajang Piala AFF Desember 2010 kemarin. Sayang timnas Indonesia belum bisa memberikan gelar juara setelah kalah aggregat 2-4 dari Malaysia. Namun, penampilan ciamik para pemain dan gaya disiplin yang sangat keras dari pelatih Alfred Riedl memberikan harapan untuk masa depan Timnas menjadi lebih baik. Belum lagi saat ini gelombang dukungan untuk sepakbola Indonesia sangatlah besar, para penonton seperti terkena penyakit menular bernama sepakbola, ribuan orang rela berdesak-desakan agar dapat melihat langsung Timnas bermain.
Namun ditengah berbagai kemajuan positif tersebut, Induk organisasi sepakbola di tanah air yaitu PSSI malah semakin menunjukan ketidakbecusannya dalam mengelola sepakbola. Masalah bermunculan mulai dari pengelolaan tiket yang sangat amburadul, sampai tengganggunya persiapan Timnas ditengah kompetisi hanya untuk kepentingan politik. Belum lagi PSSI sudah memiliki masalah klasik yang tak kunjung selesai mulai dari kericuhan penonton setiap pertandingan, mafia wasit, sampai pada ketidaksukaan sebagian besar masyarakat pada pemimpinnya yang mantan napi itu. Miris sekali melihat itu semua dilakukan olah lembaga tertinggi sepakbola negeri ini.
Ajang Piala AFF memang sudah lewat, namun antusias penonton untuk menyaksikan sepakbola berkualitas malah semakin menjadi-jadi. Desakan untuk menurunkan ketua PSSI pun semakin gencar di lakukan di berbagai daerah. Hingga klimaksnya muncul kompetisi baru yang bernama Liga Primer Indonesia (LPI) yang digagas oleh pengusaha Arifin Panigoro.
Kompetisi LPI ini bertujuan untuk menciptakan iklim kompetisi yang baik dan menjadikan klub lebih profesional dengan membiayai klubnya secara mandiri tanpa mengandalkan uang rakyat melalui APBD. Selain itu LPI pun ingin menjadikan sepakbola sebagai industri, agar semakin enak untuk dinikmati para pencinta sepakbola Indonesia.
Bagaimana reaksi PSSI? Ya, sudah pasti PSSI menolak liga tandingan bernama LPI tersebut. PSSI menganggap itu kompetisi yang ilegal karena tidak mendapat persetujuan dari PSSI yang merupakan Induk sepakbola negeri ini. Dan FIFA pun siap memberikan sanksi kepada setiap pelaku yang terlibat didalamnya. Termasuk tidak diperbolehkannya pemain yang berlaga di LPI untuk masuk dalam skuad Timnas.
Namun LPI tidak gentar menghadapi berbagai ancaman sanksi, mungkin mereka dan mayoritas pencinta sepakbola tanah air sudah geram melihat kesemrawutan sepakbola di Indonesia. Mungkin sanksi tersebut bisa dijadikan pelajaran untuk kita daripada terombang ambing dengan kesemrawutan ini.
LPI memang mendapat dukungan masyarakat yang sudah geram dengan PSSI. Beberapa masyarakat yang saya temui pun mengatakan “kita ini butuh Perubahan, sampai kapan sepakbola Indonesia begini terus. Mendapat sanksi memang menyedihkan, tapi kalo kita bisa introspeksi dan membuat sepakbola lebih maju itu lebih baik dibanding terus seperti ini. PSSI nya amburadul, korupsi dimana-mana” kata Falahi, seorang mahasiswa asal jakarta yang saya wawancarai.
Hal yang sama juga terlontar dari mulut fans berat sepakbola Indonesia, Andi. “LPI secara hukum mungkin masih kurang resmi atau apalah. Saya pun tidak peduli dengan sanksi. Saya hanya ingin sepakbola Indonesia itu lebih baik, nggak rusuh. LPI bisa menjadi agen perubahan ke arah lebih baik lagi. PSSI harus sadar sepakbola bukan monopoli mereka saja. Nurdin harus turun, masyarakat sudah tidak menginginkannya. Jadi apa yang dilakukannya pasti tidak akan mendapat respect dari masyarakat”
“Yaa sepakbola memang milik masyarakat, dan itu harus dikembalikan kepada masyarakat. Mana yang mereka pilih itu yang diambil” kata Aziz, salah seorang karyawan.
Lain lagi yang dikatakan Eccha, seorang siswi di Jakarta, “Nurdin pernah berkata dia tidak mau turun dari jabatannya karena menghargai demokrasi di Indonesia. Namun saya pribadi tidak mengerti maksud dari ucapannya, mungkin saat itu dia tidak tahu kalo sedang wawancara. Demokrasi itu dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Rakyatnya aja udah nggak menginginkan dia, eh dia masih ngotot di atas. Kan nggak tau malu. Keliatan bgt mau korupsinya”
Apapun komentar masyarakat, mungkin sudah saatnya ketua PSSI kita sadar bahwa dirinya sudah tidak diinginkan lagi. Kalo kita lihat di jepang sana, mungkin orang seperti Nurdin ini harusnya sudah harakiri, karena malu tidak dapat menjalankan tugas dengan baik. Ya semoga berbagai masalah ini membuat PSSI lebih sadar bahwa sepakbola bukan monopoli mereka semata, masyarakat punya hak untuk menilai mereka. Begitu juga dengan LPI, mereka punya niatan bagus, mendapat respon yang bagus pula dari masyarakat. Namun akan lebih bagus lagi jika cara yang ditempuh melewati jalur resmi yang mendapat restu dari seluruh insan sepakbola di negeri ini, maupun di dunia. Sehingga para pemain yang berlaga di LPI pun memiliki kesempatan berlaga di Timnasnya. (AMJ)

masa???
ReplyDeleteiyaya???
ReplyDelete