JustFootball - Jangan pernah remehkan bakat sepakbola asal Papua, mungkin itu pesan yang ingin disampaikan oleh Persipura buat seluruh insan sepakbola Indonesia, khususnya kepada Timnas Indonesia.
Seperti yang kita ketahui pemain-pemain asal Papua memang kerap identik dengan dengan sikap yang tidak disiplin saat berada ataupun dipanggil oleh Timnas Indonesia. Hal ini semakin terlihat ketika pada gelaran Piala AFF nama striker Persipura Boaz Salossa tidak tercantum dalam skuad. Alasan tidak dicantumkannya nama Boaz dikarenakan Boaz tidak memenuhi panggilan Timnas tepat waktu.
Selesai gelaran Piala AFF, kali ini giliran winger muda berbakat Indonesia Okto Maniani yang bermasalah saat berada dalam TC Timnas U-23. Okto pergi dari TC tanpa izin dari pelatih dan memilih bergabung bersama rekan di klubnya Sriwijaya FC untuk melakoni pertandingan Liga Super Indonesia. Hal ini sudah tentu mengundang kemarahan sang pelatih Timnas Indonesia asal Austria, Alfred Riedl. Riedl mengancam akan mencoret Okto dari skuad jika dia tidak bisa disiplin. Namun pada akhirnya Okto tetap diberi kesempatan kembali bergabung, dengan catatan tak ada lagi pelanggaran yang dilakukan olehnya.
Klimaksnya, terjadi setelah Timnas U-23 gagal di kualifikasi Pra Olimpiade 2012 London karena kalah dari Turkmenistan. Nama Okto kembali tidak tercantum dalam skuad U-23 yang sedang dipersiapkan untuk ajang Sea Games 2011 di Palembang dan Jakarta, begitu pula dengan rekannya asal Papua Titus Bonai atau yang akrab dipanggil Tibo. Tibo bahkan sudah tidak ada dalam skuad sejak leg kedua menghadapi Turkmenistan, pencoretan kedua pemain ini dikarenakan alasan indisipliner.
Kejadian bertubi-tubi yang menimpa talenta asal Papua ini jelas menjadi pukulan telak bagi masyarakat Papua. Mereka dianggap tidak kredibel, tidak disiplin, dan bertindak hanya sesuai kehendaknya sendiri. Bahkan Pemain asal Papua sampai mengancam akan memboikot Timnas karena mereka merasa tidak dihargai oleh Timnas.
Namun menurut saya, orang Papua tidaklah seperti itu. Orang papua itu memiliki karakter yang spesial, tak ubahnya seperti para jogo bonito asal Brasil. Orang Papua memang memiliki cara disiplin versi mereka sendiri. Mereka tidak bisa dipaksakan diatur dengan disiplin ala Barat yang dibawa oleh Alfred Riedl. Mereka lebih mengedapankan disiplin hati dan kasih sayang. Ketika hati mereka senang, dan orang disekitarnya mencerminkan kasih sayang terhadapnya, maka dengan hati pula mereka akan bermain dan semua akan berjalan semestinya.
Hal ini tidak berbeda dengan apa yang dialami oleh Adriano. Pesepak bola asal Brasil ini memiliki bakat besar, namun metode keras ala italia hanya membuatnya menderita. Hingga akhirnya dia memilih pulang ke Brasil dan bergabung dengan Flamengo untuk memperbaiki penampilannya. Hasilnya?? Tidak sampai satu musim, Adriano kembali pada bentuk permainannya, gol demi gol tercipta dari kaki samba miliknya. Dan hal ini terjadi pada sebagian besar pesepak bola asal Brasil, seperti Robinho, Ronaldo, dan Ronaldinho. Mereka kembali menemukan tarian samba-nya di Brasil setelah di hapus oleh kekerasan ala Barat. Mereka kembali menari diatas lapangan dengan bola sebagai partnernya, hati lah yang menggerakan kaki mereka untuk mempertahankan bola sebagaimana mereka mempertahankan hidup. Dan hal seperti ini tidak bisa mereka dapat di sebagian Negara Eropa.
Hati, itulah kunci yang membuat bakat Papua tak ubahnya bakat seorang samba. Mereka bermain bola dengan hati, oleh karenanya dengan hati pula mereka ingin diatur. Hal inilah yang menjadi kunci metode latihan yang diterapkan oleh pelatih Persipura, Jacksen F. Tiago yang berasal dari Brasil. Jacksen juga merupakan mantan pesepak bola, dia dibesarkan oleh metode yang sama dinegaranya Brasil. Sehingga Jacksen tau betul bagaimana pemainnya ingin diperlakukan. Sehingga pemain pun melakukan apa yang pelatih inginkan.
Hasilnya?? Saat ini Persipura memuncaki klasmen Liga Super Indonesia, terpaut 6 poin dari posisi 2 klasmen Semen Padang. Striker mereka Boaz Solossa sampai saat ini masih tercatat sebagai pemuncak daftar Top Skor LSI dengan torehan 20 gol dari 19 laga yang sudah dilalui. Bahkan pencapaian itu masih mungkin bertambah mengingat Liga masih terus berjalan.
Tak hanya ditingkat lokal, di Asia pun Persipura saat ini masih memimpin grup H Piala AFC dengan poin 7 hasil dari 3 pertandingan, dan belum sekalipun kalah. Prestasi ini tentu berbanding terbalik ketika mereka ada di Timnas, performa mereka tidak sebagus ketika berada di klubnya.
Menurut saya sudah saatnya Timnas memperhatikan hal ini, karena jika pelatih bisa mengerti apa yang mereka inginkan, bukan tidak mungkin mereka akan menampilkan performa yang sama ketika berada di klub. Dan bukan tidak mungkin suatu saat Timnas Indonesia bisa bermain dan menjuarai Piala Dunia layaknya sang juara dunia 5 kali Brasil, semoga. (14/4/2011)(AMJ).

No comments:
Post a Comment